Masih dengan kisah perjalanan q selama menjadi guru SM3T di kabupaten pegunungan Bintang, Papua. Kali ini saya berbagi cerita ketika pergi ke kampung tetangga dan ke Sungai Digul :)
Minggu, 6 Oktober 2013
Minggu, 6 Oktober 2013
Tak
terasa sudah satu minggu lebih saya dan teman – teman tinggal di Bulangkop.
Kami pun mulai beradaptasi disini. Hari ini kami melakukan sosialisasi dengan
kampung tetangga, yaitu kampung Limarum. Pagi hari kami berempat sudah siap,,
kebetulan Bapak Remon bendahara dinas pendidikan berkunjung ke kami dari
kemarin. Beliau pun juga ikut ke kampung Limarum sekalian sebagai penunjuk jalan bagi kami.
Perjalanan
ke Limarum kurang lebih ditempuh dalam waktu30 menit. Sampai disana kami disambut oleh masyarakat
dan siswa yang ada di kampung Limarum. Kami sangat senang bisa diterima oleh masyarakat
disini. Salah satu Bapak bahkan ada yang bilang,”Saya berterimakasih ada Bapak Ibu Guru yang datang
mengajar di kampung kami, anak – anak sekarang bisa belajar”. Saya merasa miris
mendengar kata – kata itu, pendidikan disini memang kalah jauh dengan di jawa,
dalam hati saya ingin mengajar mereka dengan sungguh – sungguh. Saya hanya
punya waktu satu tahun mengajar siswa disini.
Berhubung
sekarang hari Minggu, kami tidak bisa lama – lama di kampung ini, karena
semua masyarakatnya beragama Kristen Katolik. Mereka akan pergi
beribadah ke Gereja. Gereja yang mereka kunjungi terletak di kampung Bulangkop, tepatnya di samping
SMPN Ok'aom.
Kami
pun langsung memutuskan jalan – jalan ke sungai Digul. Karena dari kampung
Limarum ini Digul sudah kelihatan dengan jelas. ya...Sungai Digul merupakan salah satu sungai yang terkenal di Papua. Ditengah jalan saya dan teman –
teman bertemu 2 siswa SMP yang malas ke gereja. Alele...meskipun dirayu ke Gereja tetap saja tidak mau ni anak. akhirnya mereka pun mengikuti kami ke Sungai
Digul. Jalan yang ditempuh lebih banyak menurun. Jalannya licin dan terjal.
Ho..ho..ho yang kami pikirkan adalah nanti saat kembali pulang. Mendaki. Ya...tepat sekali, mendaki.Untung
saya sudah terbiasa dengan jalan – jalan seperti ini . Asyik - asyik,,hehe.
Ditengah jalan
kami berfoto – foto, pemandangan disini sangat bagus. Maklum jarang sekali di
Jawa kami menemui pemandangan yang menakjubkan seperti ini kecuali ke daerah
gunung. Selesai foto – foto kami melanjutkan perjalanan. Suara sungai Digul
mulai terdengar. Jelas saja terdengar, aliran sungai Digul ini sangat deras. Wah...kalau ada sungai seperti ini di Jawa pasti sudah dimanfaatkan sebagai olahraga air arung jeram nich. Hahai... ^_^. Tiba di Digul ada jembatan yang kondisinya sudah rusak
dan miring kena hantaman banjir Digul, namun masyarakat masih menggunakan jembatan
ini. Saya pribadi terlihat ngeri jika melintas jembatan ini karena belum terbiasa.
Akhirnya diantara kami tidak ada yang berani menyeberangi sungai Digul. Kami
hanya mencoba meniti jembatan sampai seperempatnya saja. Kami sangat menikmati pemandangan yang disuguhkan di Digul ini. Siswa
yang ikut jalan - jalan bersama kami yaitu Agus dan Yanto mencarikan kami tebu dan jeruk asam. Enak
sekali makan tebu dalam keadaan dehidrasi dan kecapean. Bapak Hamzah juga ikut
mereka sekalian berburu burung, kebetulan di Digul ada siswa kami yang membawa senapan
Cis.
Puas menikmati
pemandangan disini, kami pun pulang ke rumah tercinta, di Aula Sekolah. Dalam
perjalanan Ibu Ika dan Ibu Alin kecapean. Hampir pingsan. Saya dan bapak Hamzah
bertugas menarik tangan mereka berdua biar tidak perlu mengeluarkan banyak
tenaga. Tiba di rumah saya langsung membuat minuman jeruk yang kami bawa tadi.
Kecut sekali rasanya tapi segar diminum dalam cuaca panas.Perjalanan yang menyenangkan. sosialisasi dengan masyarakat sekaligus menikmati keindahan alam disekitar kampung kami tinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar