Minggu, 05 Oktober 2014

SM3T Papua -> Bulangkop Tercinta



Selasa, 24 September 2013

Pukul 07.00 WIT kami berempat di dampingi pengawas berangkat ke kampung Bulangkop distrik Okaom naik angkutan Strada (orang – orang disini menyebutnya TAXI). Perjalanan kami di temani oleh kabut yang tebal. Dalam perjalan kami melewati jembatan – jembatan kayu yang sudah lapuk. Ngeri rasanya melewati jembatan itu menggunakan taxi. Perjalanan menuju ke Bulangkop berlangsung sekitar 30 menit. Kami berhenti di jembatan yang sudah longsor dan tentunya tidak bisa dilewati oleh Taxi. Siswa pun datang menjemput kami.
  Bertemu dengan siswa SMP di tanah Papua rasanya “sesuatu”. Tertegun rasanya melihat seorang siswa berpakaian seragam putih biru yang wajahnya sudah tidak seperti anak – anak lagi langsung menyambut kami. Senang rasanya bertemu dengan mereka. Dalam hati saya bertekad untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan mereka. Belajar memang tidak mengenal usia, yang penting ada kemauan pasti ada jalan.
Berjalan kaki menuju kampung Bulangkop dari Jembatan yang longsor memakan waktu sekitar 30 menit juga. Barang – barang kami dibawa oleh siswa. Kami hanya membawa tas ransel saja.  Jam 10.00 WIT dilakukan serah terima dari pengawas ke kepala sekolah SD dan SMP. Jam 11. 00 WIT siswa ditugaskan kerja bakti membuat MCK di rumah yang akan kita tempati. Rumah ini belum  selesai dibuat, di dalamnya masih berantakan dengan barang – barang tukang. Siswa putri membersihkan dalam rumah.  Jarak rumah 

dinas dengan sekolah sekitar 50 meter. Posisi rumahnya seperti mau longsor. Takut juga menempati rumah ini. Tetangga jauh, tidak ada lampu, air juga tidak ada. Hari yang benar – benar susah. Sore hari kami mencari air untuk memasak. Kami jalan kaki mencari air, dalam perjalanan kami bertemu dengan guru SMP dan diberitahu dimana air bisa didapatkan. Kami dibuatkan tempat memasak sementara dari batu. Kayu di ambil dari kayu sisa bangunan di bawah rumah. Hari pertama menyalakan kayu bakar susah rasanya. Kami membutuhkan kertas dan plastik yang banyak. Menu makan malam hari pertama yaitu nasi dan mie instan. Kami juga membuat teh untuk menghangatkan diri ditemani seberkas cahaya lilin malam itu. Sangat bersyukur rasanya lahir dan tinggal di Jawa. Di tempat ini bisa menjadi tempat renungan bagi saya khususnya. Apa yang sudah saya miliki sudah sepatutnya saya syukuri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar